Senin, 05 Januari 2009

1.SAJAK ANAK MUDA

Oleh : W.S. Rendra


Kita adalah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur.
Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik,
dan tidak diajar dasar ilmu hukum
Kita melihat kabur pribadi orang,
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.

Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,
karena tidak diajar filsafat atau logika.

Apakah kita tidak dimaksud
untuk mengerti itu semua ?
Apakah kita hanya dipersiapkan
untuk menjadi alat saja ?

inilah gambaran rata-rata
pemuda tamatan SLA,
pemuda menjelang dewasa.

Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan.
Bukan pertukaran pikiran.

Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan,
dan bukan ilmu latihan menguraikan.

Dasar keadilan di dalam pergaulan,
serta pengetahuan akan kelakuan manusia,
sebagai kelompok atau sebagai pribadi,
tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.

Kenyataan di dunia menjadi remang-remang.
Gejala-gejala yang muncul lalu lalang,
tidak bisa kita hubung-hubungkan.
Kita marah pada diri sendiri
Kita sebal terhadap masa depan.
Lalu akhirnya,
menikmati masa bodoh dan santai.

Di dalam kegagapan,
kita hanya bisa membeli dan memakai
tanpa bisa mencipta.
Kita tidak bisa memimpin,
tetapi hanya bisa berkuasa,
persis seperti bapak-bapak kita.

Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat.
Di sana anak-anak memang disiapkan
Untuk menjadi alat dari industri.
Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti.
Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa ?
Kita hanya menjadi alat birokrasi !
Dan birokrasi menjadi berlebihan
tanpa kegunaan -
menjadi benalu di dahan.

Gelap. Pandanganku gelap.
Pendidikan tidak memberi pencerahan.
Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan
Gelap. Keluh kesahku gelap.
Orang yang hidup di dalam pengangguran.

Apakah yang terjadi di sekitarku ini ?
Karena tidak bisa kita tafsirkan,
lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja.

Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini ?
Apakah ini ? Apakah ini ?
Ah, di dalam kemabukan,
wajah berdarah
akan terlihat sebagai bulan.

Mengapa harus kita terima hidup begini ?
Seseorang berhak diberi ijazah dokter,
dianggap sebagai orang terpelajar,
tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan.
Dan bila ada ada tirani merajalela,
ia diam tidak bicara,
kerjanya cuma menyuntik saja.

Bagaimana ? Apakah kita akan terus diam saja.
Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum
dianggap sebagi bendera-bendera upacara,
sementara hukum dikhianati berulang kali.

Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi
dianggap bunga plastik,
sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.

Kita berada di dalam pusaran tatawarna
yang ajaib dan tidak terbaca.
Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan.
Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan.
Dan bila luput,
kita memukul dan mencakar
ke arah udara

Kita adalah angkatan gagap.
Yang diperanakan oleh angkatan kurangajar.
Daya hidup telah diganti oleh nafsu.
Pencerahan telah diganti oleh pembatasan.
Kita adalah angkatan yang berbahaya.

2. Tugas Bahasa Indonesia
Oleh : Helmi Qasthari Fauzi



Sinopsis Novel : Sekali Peristiwa di Banten Selatan

Langit bermendung. Pegunungan yang dirimbuni berbagai pepohonan hutan berwarna kelabu hitam. Kadang angin menderus kuat membawa bunyi sayup deburan Laut Hindia. Gubuk terletak di kaki gunung, terbuat dari bambu beratap rumbia yang tingginya tak lebih dari dua meter. Karena muramnya hari, gunung itu nampak hitam.

Dua orang pemikul singkong, yang hendak menuju ke tempat truk dari tengah kota, memungguh singkong muncul dari tikungan jalan.Pikulan mereka tampak melengkung karena beratnya beban yang mereka bawa. Sampai di beranda pondok Ranta mereka berhenti. Salah seorang daripadanya mengambil gendi dan minum, dan yang lain mengikuti contoh.

Yang pertama lalu duduk di atas bangku, dan menarik kedua kakinya ke atas. Dengan tiada sadar tangannya melepas kasang dan mengeluarkan selepah tembakau serta kaung, menggulungnya, kemudian merokok.

Mereka berbincang bersama, lalu berdiri sejenak. Yang pertama membuangb puntung rokok dan yang lain mengikutinya. Tak lama kemudian datang Ranta. Ia berpaling, memandangi cagang gendi dan berjalan ke situ, kemudian minum dengan rakusnya.

Saat hujan, datang isterinya Ireng. Lalu ia berbincang dengan suaminya. Isterinya membuka kuncin pintu dan menyilakan suaminya masuk. Tak lama kemudian datang Musa. ”Ta! Ranta! Ta!”.Gumamnya. Karena tak ada yang menjawab dengan senyum licik ia menghadap pintu dan berkata”Reng, Ireng, mana lakimu?”. Tampak Ireng mengintip sejenak. Lalu Ireng muncul di depan pintu. Musa adalah orang kaya yang tampaknya suka membantu dan menololng orang miskin padahal sebenarnya musa itu suka menagih uang kepada si Ireng. Bila sang juragan tidak dapat uangnya maka papan atau rumah dan tanah milik Ireng akan disita.

Karena Ireng dan Ranta tidak mampu membayar hutangnya maka rumah dan tanahnya Ireng dan Retna diancam akan disita.

Ireng dan Ranta melaporkan ancaman Musa tersebut kepada Komandan Daerah Militer. Mereka adalah penguasa militer di tempat. Kepala KODIM atau kepala keamanan tersebut mengatakan kepada mereka berdua bahwa coba selidiki darimana kekayaan juragan Musa itu.

Setelah diselidiki ternyata juragan Musa itu mendapat kekayaan karena ia bekerja sama dengan perkumpulan perampok yang terkernal dengan sebutan DI atau TII yang diketuai oleh juragan Musa yang biasanya dipanggil oleh ”Bapak Residen”. Oleh anak buahnya.

Ireng dan Renta pun melaporkan hasil penyelidikan nya kepada kepala keamanan KODIM. Setelah kepala keamanan tersebut mengetahui kejadian tersebut ia langsung memikirkan bagaimana caranya sang juragan Musa tersebut jatuh ke penjara.

Komandan keamanan atau KODIM mendapatkan ide. Ia mengusulkan agar Ireng mau mengundang Juragan musa untuk berpura-pura ingin membayar utang padahal juragan Musa akan dijebak dan masuk ke dalam penjara.

Hari itupun tiba, juragan Musa datang ke rumah Ireng dan Ranta seolah ia tidak tahu akan dijebloskan dalam penjara. Saat juragan Musa tiba di rumah di depan pintu tiba Ireng yang menyambutnya dan mempersilahkanya masuk. Sewaktu dia di rumah tiba-tiba segerombolan anak buah ketua keamanan menerjang dan manangkap juragan Musa, lalu dibawalah sang pemalak tersebut ke penjara .

Ireng dan Ranta gembira dan bahagia, bernyanyi dan bersorak-sorak. Rumah dan tanahnya tidak jadi disita. Berkerumunan orang melihat kejadian itu dan mereka bersorak bersama penuh kepercayaan dan kebahagiaan.



Watak dan Sifat Tokoh

Ranta : Watak : Baik, jujur, dan rajin.
Alasan : Karena ia ramah, tak pernah bohong.
Ireng : Watak : Baik, suka membantu.
Alasan Karena ia suka membantu Ranta kerja.
Ketua Keamanan : Watak : Baik, dan disegani.
Alasan : Membantu Ranta dan Ireng.
Juragan Musa : Watak : Jahat, dan suka memalak rakyat.
Alasan : Karena suka menagih dengan bunga tinggi.



Karakter yang disukai : Ireng, karena Ireng memiliki sifat jujur, baik,
Dan suka membantu Ranta, suaminya,
Dalam pekerjaannya.

3. Lembaga Balap Mobil Indonesia
JL. Pantai Indah Murai No.08-11 Jakarta Selatan




No. : 11/indoprix/js/2008 Jakarta, 8 November 2008
Lamp. : -
Hal : Pemberitahuan Babak
Penyisihan Sepuluh Besar

Dengan hormat,

Lembaga Balap Mobil Dunia akan mengadakan Perlombaan Balap Mobil Internasional yang ke VIII.

Untuk itu, maka kami selaku ketua dan para panitia IndoPRIX akan memberitahukan kepada semua pembalap yang masuk dalam sepuluh besar dalam pengumpulan poin lomba seminggu yang lalu, maka akan diundang pada babak pemilihan tiga besar pembalap untuk dikirim untuk mengikuti Perlombaan balap mobil internasional yang ke VIII. Pada babak pemilihan ini akan diadakan dua babak. Babak pertama yaitu untuk memilih dan menyisihkan sepuluh besar tersebut menjadi lima besar. Lalu yang terpilih dalam lima besar akan mengikuti babak kedua yaitu balapan penyisihan dari lima besar menjadi tiga besar. Adapun babak penyisihan tersebut akan diselenggarakan pada:

Hari / Tanggal : Sabtu s/d Minggu, 11 s/d 12 November 2008
Pukul : 10.00 s/d 12.00
Lokasi : Bali International Circuit (Biaya kami tanggung)

Demikian pemberitahuan tersebut kami sampaikan. Mohon maaf bila ada salah kata. Atas Perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.


Direktur Utama IndoPRIX



Giro Rahyano

4. Laskar Pelangi
Oleh:Helmi Qasthari Fauzi 7a


Ini kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau malam jadi kandang ternak. sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal. Pada hari pendaftaran murid baru, kepala sekolah dan ibu guru satu-satunya yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu mendaftarkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. "Mohon agar anak saya bisa diterima. Sebab Sekolah Luar Biasa hanya ada di Bangka," mohon
sang ibu. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD
tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup walau sepanjang beroperasi
muridnya cuma sebelas.

Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong
itu diangkat dalam novel dengan judul ''Laskar Pelangi'' oleh Andrea
Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea
mengangkat cerita bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poste rRhoma Irama. Kisah yang tadinya bukan untuk diterbitkan itu
ternyata mampu menginspirasi banyak orang. Seorang ibu di Bandung, misalnya, mengirim surat ke Kick Andy. Isinya minta agar kisah tersebut.diangkat di Kick Andy karena anaknya yang membaca buku kini bertobat dan keluar dari jerat narkoba. "Setiap malam saya
mendengar suara tangis dari kamar Niko anak saya. Setelah saya intip, dia sedang membaca sebuah novel. Setelah itu, Niko berubah. Dia jadi semangat untuk ikut rehabilitasi. Kini Niko berhasil berhenti sebagai pecandu narkoba setelah membaca buku Laskar Pelangi," ungkap Windarti Kosasih, sang ibu. Sementara Sisca yang hadir di Kick Andy mengaku setelah membaca novel itu, terdorong untuk memperbaiki hubungannya dengan sang ayah yang selama ini rusak. Begitu juga Febi, salah satu pembaca, langsung terinspirasi untuk membantu menyumbangkan buku untuk sekolah-sekolah miskin di beberapa tempat. "Saya kagum karena anak-anak yang diceritakan di buku itu penuh semangat walau fasilitas di sekolah itu jauh dari memadai," ujar Febi yang juga datang ke Kick Andy untuk bersaksi.
Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya
merupakan catatan kenangannya terhadap masa kecilnya di Belitong. Dia
selalu teringat sahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang.
Sebab tokoh Lintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat
walau hidup dalam kemiskinan. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda
tua yang saering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km.
Bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya.
Informasi Puisi


A. Menanggapi Pembacaan Puisi

Menanggapi pembacaan puisi dimulai dari kesempatan menyaksikan pembacaan puisi. Menanggapi puisi adalah memberikan komentar, pendapat, atau kritik mengarah pada pelafalan atau pengucapan, volume suaramu, intonasi, kelancaran juga kecepatan. Menanggapi pembacaan puisi adalah kegiatan lanjutan dari menyaksikan pembacaan puisi

B. Pembacaan Puisi yang Baik

Membaca puisi berarti mengerahkan kemampuan memahami makna puisi dan mengkreasikan puisi tersebut dalam suara dan gerakan yang dituntut puisi tersebut. Pelafalan atau pengucapan, intonasi atau irama, mimik atau ekspresi, volume suara, dan kelancaran serta kecepatan merupakan bagian yang lekat dalam pembacaan puisi. Berikut unsur-unsur puisi tersebut:

Pelafalan atau pengucapan harus sesuai sengan tema puisi. Artikulasinya harus jelas dan dapat didengar jelas oleh pendengar.
Intonasi berkaitan dengan penyajian irama puisi. Intonasi berkaitan dengan keras lemahnya bunyi, tinggi rendahnya suara, dll.
Ekspresi atau mimik harus merupakan wujud penghayatan puisi yang dibaca.
Volume Suara hendaknya disesuaikan dengan kondisi, baik luasnya ruangan, maupun ketersediaan pengeras suara.
Kelancaran dan Kecepatan dalam Pembacaan Puisi akan memudahkan pendengar menangkap makna puisi.

C. Memahami Puisi

Dalam memahami puisi, kita dapat menangkap gambaran yang terkandung di dalam puisi. Gambaran yang dimaksud dinamakan citraan. Citraan biasanya berkaitan erat dengan pancaindra. Gambaran penginderaan berarti gambaran angan yang muncul ketika kita membaca atau mendengarkan puisi tersebut. Perasaan yang muncul ketika kita membaca puisi itu dapat juga membantu dalam menangkap isi puisi tersebut. Selain gambar dan perasaan, pendapat pun dapat ditemukan dalam sebuah puisi.

D. Mengungkap Pesan dalam Puisi

Biasanya pesan disampaikan bisa langsung dipahami pembacanya. Namun demikian, bisa juga merambah kepada pencorak “prismatis” (sebagaimana prisma yang mampu mengurangi beragam warna dari satu warna yang datang kepadanya). Sehingga pemahaman puisi tersebut disampaikan multitafsir (beragam makna yang ditangkap pembaca).

6. Informasi Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan


Dalam kehidupan sehari-hari, tentu banyak peristiwa yang dialami. Ada pengalaman yang menyenangkan, dan ada pula pengalaman yang menyedihkan. Semakin banyak pengalaman yang terjadi di dalam hidup kita, maka akan membuat kita semakin dewasa dan lebih banyak belajar.

Ada beberapa pengalaman yang mungkin tidak mudah hilang dari ingatan kita. Hal itu, berarti, pengalaman itu sangat berkesan baginya. Alangkah baiknya pengalaman mengesankan tersebut diceritakan kepada orang lain agar mereka juga dapat hikmah dari pengalaman trsebut.

Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan agar pendengar tertarik dengan cerita pengalaman tersebut:

Pilihlah pengalaman yang menarik dan mengesankan.
Catatlah pokok-pokok pengalaman yang akan diceritakan. Hal ini bertujuan agar kita tidak lupa pada saat menceritakan pengalaman itu.
Sampaikan cerita dengan menarik dan dengan ekspresi yang tepat.
Gunakan kalimat efektif (singkat, padat, dan jelas) dan mudah dipahami pada saat bercerita.

Ketika bercerita pengalaman, kita perlu memerhatikan dan melakukanya dengan langkah - langkah berikut:

Perhatika pendengar selama bercerita. Misalnya dengan melakukan kontak mata dengan mereka
Lakukan interaksi dengan pendengar. Buatlah pendengar turut terlibat dalam cerita itu.
Aturlah panjang – pendeknya cerita. Sesuaikan dengan minat pendengar. Perpanjanglah bagian cerita yang menarik dan perpendeklah bagian cerita yang kurang menarik.
Gunkan variasi suara, ekspresi wajah, dan gerak tubuh untuk memperjelas cerita.
Gunakan kata-kata yang tepat. Sehingga pendengar mudah dalam membayangkan kejadian yang kita ceritakan.

Seseorang dikategorikan mampu bercerita dengan baik, jika mampu “menyihir” pendengar seolah – olah melibatkan pendengar ke dalam cerita tersebut. Hal tersebut memerlukan kepiawaian dalam mendeskripsikan peristiwa dengan gaya yang khas, pilihan kata yang tepat sehingga tujuan dalam bercerita sampai kepada pendengar. Yang pasti kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh semua pendengar.

5. Berlibur ke Bandung Bersama

Oleh: Helmi Q. Fauzi – 7A

Hari Rabu sampai dengan hari Jumát, saat Bulan April lalu, kami satu angkatan SD Al-Azhar Syifa Budi pergi bersama ke Bandung dengan kereta api. Liburan tersebut berlangsung selama tiga hari dan dua malam. Aku bangun tidur pukul 03.30 WIB. Saat itu aku masih sangat mengantuk. Lalu aku langsung ambil air wudhu dan langsung shalat Subuh. Setelah itu sambil menunggu, aku melihat acara TV sebentar. Setelah air mandi siap, aku bergegas mengambil baju ganti untuk berangkat ke stasiun dan mandi. Setelah mandi, aku memasukkan barang-barang yang akan di bawa ke sana. Sekitar pukul 04.30 WIB aku langsung berangkat ke Stasiun Gambir.

Dalam perjalan, aku menempuh waktu 2 jam. Saat aku sampai di Stasiun Gambir, waktu telah menunjukkan sekitar pukul 05.30 WIB. Aku langsung bergegas ke tempat tunggu kereta yang telah di pesan oleh sekolah. Di sana sudah banyak temanku yang datang. Aku langsung pergi menuju barisan kelasku sambil membawa barang bawaanku. Kami menunggu sekitar setengah jam. Waktu telah menunjukkan pukul 06.00 WIB, kami bersama langsung menuju kereta. Di dalam kereta, kami menunggu selama 30 menit.

Saat pukul 06.30 WIB, keretapun berangkat. Di dalam perjalanan, kami bermain bersama. Ada guru yang bermain sulap, ada yang bermain game, dan lain-lain. Waktu perjalanpun ditempuh dalam waktu kurang lebih sekitar 2 jam. Di dalam kereta, kami dibagikan makanan. Saat aku melihat ke luar jendela kereta, kita sudah tiba di Stasiun Bandung. Kita langung turun dari kereta dan membawa barang bawaan kami lalu menuju ke pintu keluar stasiun tersebut. Di sana, sudah ada bis yang menunggu kami semua untuk mengantarkan kami ke Kataji, di Lembang.

Saat sampai di sana, kami langsung turun dan meletakkan semua barang bawaan kami di tempat yang telah disediakan. Setelah itu, kami langsung bergegas mengambil air wudhu dan bersiap untuk melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah. Setelah shalat, kami langsung melakukan persiapan untuk melaksanakan Outbound. Setelah itu, kami makan siang. Setelah itu barulah kami melaksanakan Outbound. Di sana, aku tidak memainkan semua permainan karena saat itu hujan. Setelah Outbound, saat ba’da Ashar, kami langsung membersihkan diri dan mengganti pakaian lalu shalat Ashar dan mengambil barang dan bersiap menuju bis untuk pergi ke Sindang Reret. Setelah sampai di sana, kami langsung menuju kamar masing-masing kelas dan meletakkan semua barang bawaan kami.

Setelah itu,kami beristirahat sebentar dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat Maghrib. Setelah shalat Maghrib, kami langsung menuju tempat makan dan melaksanakan makan malam. Setelah makan malam, kami langsung beristirahat menuju kamar massing-masing.

Keesokan harinya, saat hari Kamis, kami bersama langsung keluar kamar untuk melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Udara pagi dan malam hari di Lembang sangat dingin jika dibandingkan saat pagi, siang, sore, dan malam di Jakarta. Setelah melaksanakan shalat Subuh berjamaah, kami menuju kamar dan beristirahat sebentar untuk mandi dan membersihkan diri. Saat menjelang pukul 07.30 WIB kami langsung makan pagi dan melanjutkan aktivitas bersama. Saat siang, kami kembali ke Sindang Reret untuk makan siang dan lalu melanjutkan aktivitas bersama kembali. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.30 WIB, kami kembali untuk beristirahat. Ada yang makan bakso malang, siomay, dll. Setelah itu kami melakukan persiapan untuk mandi, shalat Maghrib, dan makan malam. Setelah itu kami dipersilahkan untuk kembali ke kamar untuk beristirahat dan bersiap-siap melaksanakan shalat Isya. Setelah shalat Isya, kami bersama satu angkatan menuju taman hotel tersebut untuk merlaksanakan acara api unggun. Di sana, setiap kamar harus menampilkan sesuatu kepada yang lain bermain bersama, menyanyi bersama, dan lain-lain. Saat pukul 22.30 WIB, kami menuju kamar dan tidur beristirahat untuk melaksanakan kegiatan diesok harinya.

Keesokan harinya, hari Jum’at, pukul 5.00 pagi, kami dibangunkan oleh para guru untuk melaksanakan shalat Shubuh. Ada yang shalatnya berjamaah, dan ada yang tidak. Setelah itu, sekitar pukul 06.00 WIB, kami lari pagi mengelilingi jalan di sekitar hotel itu. Setelah lari pagi, kami kembali ke kamar dan mandi lalu makan pagi di restoran hotel tersebut. Setelah makan pagi, kami pergi ke tempat penangkaran buaya. Setelah pergi ke penangkaran buaya, kami pergi ke kebun Strawberry dan memetik beberapa strawberry di sana. Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 11.30 WIB, kami kembalike hotel dan melaksanakan shalat Jum’at berjamaah. Setelah shalat jum’at, kami mengemaskan barang bawaan kami dan meletakkanya di bis. Pada hari itu, ada yang di jemput di Sindang Reret, dan ada juga yang di jemput di sekolah. Sebelum kembali ke skolah, kami mampir ke sebuah factory outlet di Bandung. Setelah itu barulah kami pulang ke Jakarta.
5.